Derek

Responsive Ads Here

Jumat, 26 Oktober 2018

Sejarah Bersatunya Papua ke Negara Indonesia

Salah satu akar persoalan mengapa Papua terus bergolak adalah perdebatan tentang pelaksanaan Referendum Papua melalui Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969. Banyak generasi muda Papua yang belum sepenuhnya memahami mengapa PEPERA harus digelar. Peristiwa politik inilah yang membedakan sejarah integrasi Papua berbeda dengan daerah lainnya. Mengapa?

Karena walaupun Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaanya dari Sabang sampai Merauke pada 17 Agustus 1945, namun Belanda tetap keras kepala, tak mau angkat kaki dari bumi Papua. Berikut ini sebagaian dari upaya-upaya yang telah dilakukan bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah Belanda dari Tanah Papua :

1. Konferensi Meja Bundar 1949

Empat tahun setelah kemerdekaan Indonesia, Belanda tetap saja belum mau hengkang dari Papua. Indonesia berusaha terus memaksa Belanda. Salah satunya adalah melalui Konferensi Meja Bundar (KMB). Konferensi ini berlangsung di Den Haag Belanda tanggal 23 Agustus 1949. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa seluruh bekas jajahan Belanda adalah wilayah Republik Indonesia, kecuali Papua Barat akan dikembalikan Belanda ke pangkuan NKRI 2 (dua) tahun kemudian.

KMB itu diikuti dengan Pengakuan dan Penyerahan kekuasaan atas wilayah jajahan Belanda kepada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Penyerahan itu dilakukan secara simbolis dengan dua upacara. Upacara pertama berlangsung di Amsterdam, di Istana Op de Dam, dihadiri oleh Wakil Presiden Mohamad Hatta, sekaligus perdana menteri, sebagai pemimpin delegasi Indonesia dan Ratu Juliana serta segenap kabinet Belanda. Upacara kedua berlangsung di Istana Negara, Jakarta, dihadiri oleh wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia Tony Lovink dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai wakil perdana menteri Indonesia.
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/upacara-ketiga-dan-sumber-kedaulatan-indonesia

2. Trikora
Isi kesepakatan KMB dalam kenyataannya diingkari oleh Belanda sendiri. Belanda tidak hanya sekedar bertahan di Papua, tetapi lebih dari itu, mempersiapkan langkah-langkah untuk memisahkan Tanah Papua dari NKRI. Dewan nasional Papua dibentuk oleh belanda (cikal bakal Organisasi Papua Merdeka (OPM)) dan dimerdekakan secara tergesa-gesa lalu dilanjutkan pendeklarasian negara boneka buatan Belanda ini pada tanggal 1 Desember 1961.

Kelicikan Belanda membentuk negara bonekanya di papua itu, tentu saja membuat bangsa Indonesia berang. Maka pada tanggal 19 Desember 1961 di Alun-alun Utara Jogjakarta, Presiden Indonesia Soekarno mengumumkan Trikora ( Tri Komando Rakyat) untuk mengembalikan Irian Barat kepangkuan Negara Republik Indonesia. Konfrontasi dengan Belandapun tak terhindarkan.

3. New York Agreement
Melalui upaya diplomasi yang alot yang difasilitasi PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), Belanda akhirnya mau menandatangani New York Agreement (NYA) bersama Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1962. Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Isi kesepakatan itu intinya memuat road map penyelesaian sengketa atas wilayah Papua/Irian Barat. Lima hari kemudian (20 September 1962) dilakukan pertukaran instrumen ratifikasi NYA antara Indonesia dengan Belanda tetapi pertukaran tersebut tidak menjadikannya otomatis berlaku,karena PBB terlibat.

Maka PBB pun membawa Persetujuan bilateral (NYA) ini ke dalam forum PBB, yang kemudian diterima dan dikukuhkan dengan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1752 yang mulai berlaku 21 September 1962.

Agar Belanda tidak kehilangan muka, perundingan New York (NYA) mengatur penyerahan kekuasaan dari Belanda atas tanah Papua dilakukan secara tidak langsung. Belanda menyerahkannya kepada PBB, baru setelah itu PBB menyerahkanya ke pemerintah Indonesia melalaui referendum (PEPERA).

Maka terjadilah pada 1 Oktober 1962, wakil gubernur jenderal Belanda H. Veldkamp menyerahkan kekuasaannya atas Papua Barat kepada sebuah badan PBB yang khusus dibentuk untuk mengurusi masalah Papua tersebut. Badan PBB itu bernamaUNTEA (United Nations Temporary Executive Authority). Pada acara penyerahan itu, H. Veldkamp mengatakan : “Mulai saat ini, akibat persetujuan Indonesia akibat persetujaun Internasional yang berhubungan dengan itu, maka tanah dan bangsa Nieuw Guenea Barat telah ditempatkan di bawah kepemerintahan yang baru : Penguasa sementara perserikatan bangsa-bangsa. Kedaulatan Netherlands atas tanah ini telah berakhir. Tibalah suatu jangka waktu yang baru, jangka mana berlangsung sampai pada saat pertanggunganjawab atas pemerintahan diserahkan kepada Indonesia sepenuhnya.” (Mangasi Sihombing, 2006:32).

4. Referendum (PEPERA)
UNTEA lalu mempersiapkan referendum. Pada tanggal 1 Mei 1963, UNTEA menyerahkan pemerintahan Papua bagian barat kepada Indonesia. Hollandia yang tadinya menjadi pusat kekuasaan kerajaan Belanda di Papua, diubah namanya menjadi Kota Baru. Momentum 1 Mei ini hingga kini diperingati sebagai Hari kembalinya Papua ke dalam NKRI.

Tiga hari kemudian, tepatnya 4 Mei 1963 Bung Karno menjejakkan kakinya di Tanah Papua. Di hadapan ribuan orang Papua di Kota Baru, Bung Karno dengan semangat membara menyampaikan pidato :
“Irian Barat sejak 17 Agustus 1945 sudah masuk dalam wilayah Republik Indonesia. Orang kadang-kadang berkata, memasukan Irian Barat ke dalam wilayah Ibu Pertiwi. Salah! Tidak! Irian Barat sejak daripada dulu sudah masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia…” (cuplikan pidato Bung Karno di Kota Baru, Jayapura, tanggal 4 Mei 1963)
Pada 5 September 1963, Papua bagian barat dinyatakan sebagai “daerah karantina”. Pemerintah Indonesia membubarkan Dewan Papua dan melarang bendera Papua dan lagu kebangsaan Papua yang di bentuk oleh belanda. Keputusan ini ditentang oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Proses persiapan referendum memakan waktu tujuh tahun. Baru pada tahun 1969, referendum (PEPERA) digelar dengan disaksikan oleh dua utusan PBB. Hasilnya,Papua akhirnya kembali ke pangkuan NKRI. Maka jadilah Papua menjadi provinsi ke-26 Indonesia dengan nama Irian Jaya. Namun keputusan ini lagi-lagi ditentang OPM dan sejumlah pengamat independen yang diprovokasi Belanda.

Negara-negara Barat yang dimotori Amerika Serikat mendukung hasil PEPERA itu punya alasan karena tidak ingin Indonesia bergabung dengan pihak Uni Soviet (lawan mereka).

Inipun belum berakhir, Hasil PEPERA harus diuji dalam Sidang Majelis Umum PBB. Dan, lagi-lagi sejarah mencatat, PBB akhirnya mengesahkan hasil PEPERA dengan sebuah Resolusi Majelis Umum PBB No. 2504 tanggal 19 Oktober 1969. 

Bahwa kemudian PEPERA diragukan keabsahannya, itu adalah bahasa kecewa sekelompok aktivis Papua yang sengaja di bentuk dan dibiayai oleh Belanda yang lahir jauh setelah PEPERA disahkan. Mereka terus berupaya agar di Tanah Papua dilakukan referendum ulang. Padahal mereka tahu bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan.

Maka kepada generasi muda Papua yang sadar sejarah, mari kita fokus membangun Papua untuk semakin maju dan sejahtera. 

Sejarah Perang Teluk 2

Setelah reda dengan perang Irak-Iran, kawasan teluk kembali mengguncang perhatian dunia internasional. Perang Teluk II disebabkan krisis yang terjadi di Teluk Persia sebagai akibat penyerangan Irak terhadap Kuwait.

Irak mencoba melakukan aneksasi terhadap negara Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990. Perselisihan Irak-Kuwait dilatarbelakangi masalah:

a. perbatasan kedua negara yang belum jelas
b. sengketa ladang minyak Rumeila yang berada di perbatasan kedua negara
c. pelanggaran yang dilakukan Kuwait dan UEA yakni masalah kuota produksi minyak dan menurunkan harga minyak dibawah ketetapan OPEC. Hal ini dianggap merugikan Irak (menurut Irak sejumlah US $14 milyar).
d. ambisi Saddam Hussein yang ingin menjadi pemimpin Timur Tengah.
Berdasarkan paparan tersebut, maka menjelang fajar tanggal 2 Agustus 1990 Irak dibawah pimpinan Saddam Hussein menyerbu Kuwait dengan pasukan sebesar 100.000 orang.

Perbandingan militer yang jauh tidak seimbang, karena Kuwait hanya mempunyai sekitar 20.000 pasukan saja, sudah jelas dalam waktu singkat Irak dapat menguasai seluruh wilayah Kuwait.

Hal ini membuat penguasa Kuwait terpaksa melarikan diri ke negara tetangga, Arab Saudi.

Invasi Irak tersebut menimbulkan reaksi keras dunia internasional. Liga Arab dalam konferensi di Kairo mengeluarkan pernyataan bahwa Irak harus segera menarik mundur pasukannya dari Kuwait.

Pada tanggal 8 Agustus 1990, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Australia dan negara Liga Arab melakukan Operasi Perisai Gurun (Desert Shield Operation).

Operasi ini belum melakukan penyerbuan terhadap Irak di Kuwait. Dan sejak tanggal 17 Januari 1991, operasi diubah menjadi Operasi Badai Gurun (Desert Storm Operation) di bawah jenderal Norman Schwarzkopf (AS).

PBB turun tangan dan melalui Dewan Keamanan telah mengeluarkan 12 resolusi terhadap Irak. Resolusi pada tanggal 29 November 1990 tersebut berisi ultimatum terhadap Irak agar meninggalkan Kuwait pada tanggal 15 Januari 1991.

Irak diberi pilihan antara lain:

a. Irak harus menarik pasukan dari Kuwait
b. Atau Irak dibombardir oleh pasukan multinasional pimpinan AS
Ternyata Irak tidak mengindahkan resolusi tersebut, sehingga pasukan multinasional yang dipimpin AS menyerang Irak pada tanggal 16 Januari 1991.

Serangan militer dalam skala besar selama 100 jam tanpa henti terhadap Irak berhasil memaksa Saddam Husein meminta gencatan senjata. Dan akhirnya pasukan Irak mundur dari Kuwait pada 26 Februari 1991.

Selanjutnya presiden George Walker Bush (AS) memerintahkan penghentian serangan terhadap Irak.

Tujuan penarikan mundur pasukan Irak tersebut adalah karena ia tidak ingin ada kerugian manusia dan politik yang tidak terhitung, selain itu untuk memenuhi resolusi DK PBB nomor 660 dan desakan dari Gorbachev.

Irak pada akhirnya menerima semua syarat yang diajukan PBB dan melakukan gencatan senjata secara permanen di kawasan teluk.

Irak mendapat sanksi yang berat yakni embargo dalam segala bidang, kecuali ekspor minyak untuk mendapat bahan makanan dan obat-obatan (Oil for Food).

Embargo tersebut berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan sarana dan prasarana vital di Irak mengalami kelumpuhan.

Sejarah dan Sebab Terjadinya Perang Teluk 1

Ketika suatu negara telah mengesampingkan nilai perdamaian dengan negara lain dalam menyelesaikan problem yang menghampiri, pernyataan perang adalah jalan yang dipilih oleh negara untuk tetap mengejar ambisinya.

Maka, terjunlah negara tersebut dalam pahitnya masa-masa perang yang menyeret warga negara di dalamnya ke dalam penderitaan. Meletusnya perang antara Irak dan Iran pada 22 September 1980 menjadi perhatian penting karena menimbulkan kecemasan global. Akibat yang bisa ditimbulkannya merupakan permasalahan serius bagi negara-negara lain. Seperti yang telah diketahui, baik Irak maupun Iran terletak dalam kawasan Timur Tengah yang memiliki potensi Sumber Daya Alam berupa minyak yang menjadi kebutuhan pokok bagi banyak bangsa lain. Pecahnya peperangan tidak menutup kemungkinan untuk terlibatnya negara-negara Arab di sekitarnya dan mengakibatkan terhenti atau terganggunya arus minyak yang memberikan penghidupan bagi beberapa negara industri barat dan Jepang. Selain hal itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berkedudukan sebagai negara superpower dapat melibatkan diri dalam peperangan tersebut dengan mengobarkan konfrontasi bersenjata yang sudah pasti akan memunculkan dampak buruk dan semakin alotnya peperangan. Kawasan Teluk Parsi menyimpan kekayaan minyak yang sangat melimpah sehingga menimbulkan ketergantungan negara industri termasuk bangsa Barat dan Jepang tersebut. Dan kini, kawasan Teluk Parsi menjadi pusat perimbangan kekuatan global.

A. Sebab-Sebab Meletusnya Perang Teluk 1
1. Sebab Umum
a. Antara bangsa Arab dan bangsa Parsi tidak dapat menerima keunggulan atau dominasi yang lain. Kedua negara selalu ada persaingan dan ketegangan.
b. Permasalahan dalam hal minoritas etnis. Pada zaman Shah Iran mendukung perjuangan otonomi suku Kurdi di Irak, sedangkan Irak sendiri mendukung minoritas Arab di Iran yang sedang memperjuangkan kebebasan lebih besar atau bahkan pemisahan.
c. Perbedaan dalam hal orientasi politik luar negeri. Irak adalah pro-Uni Soviet, sedangkan Iran adalah pro-Barat.
d. Irak berusaha untuk merebut kembali beberapa wilayah Arab yang telah direbut dan dikuasai oleh Iran (Shatt al-Arab menurut perjanjian Algiers tahun 1975).

2. Sebab Khusus
a. Munculnya rezim kekuasaan Ayatullah Khomeini. Sikap rezim baru di Iran ini sejak awal berambisi untuk mengekspor revolusi islamnya ke beberapa negara lain termasuk Irak yang menjadi sasaran pertamanya karena di Irak minoritas Sunni menguasai dan menindas mayoritas Syiah dan minoritas Kurdi yang secara etnik dan linguistik dekat dengan bangsa Parsi.
b. Dilancarkannya serangan granat pada 1 April 1980 terhadap wakil PM Irak Tariq Aziz, yang diduga bertanggung jawab atas aksi-aksi subversi yang dilakukan terhadap Iran, dan akibat serangan beberapa hari kemudian terhadap iring-iringan jenazah beberapa ajudan Azis yang tewas dalam serangan tersebut. Tariq Azis sendiri berhasil selamat dalam penyerangan itu.
c. Presiden Irak, Saddam Hussein melakukan pengusiran ribuan orang keturunan Iran dan melancarkan serangan sengit yang ditujukan kepada Ayatullah Khomeini sebagai pembalasan kepada Iran yang diduga melakukan penyerangan terhadap Tariq Azis. Saddam Hussein menuntut Iran untuk merundingkan kembali Perjanjian Algiers dan mengembalikan tiga pulau kecil di Selat Hormuz yang didudukinya sejak tahun 1971 kepada kedaulatan Arab. Sedangkan pada 9 dan 10 April 1980, Menlu Iran Gotbzadeh menanggapi tindakan Saddam tersebut dengan berjanji akan menjatuhkan rezim Baath di Baghdad dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Irak.
d. Irak dan Iran saling menempatkan pasukannya masing-masing pada daerah perbatasan dalam jumlah yang cukup banyak.

B. Kekuatan Masing-Masing Pihak Dalam Peperangan
1) Kekuatan Irak
Dilihat dari kekuatan militer yang dimiliki, posisi Irak jauh lebih canggih dalam hal persenjataan dan finansial untuk mendukung jalannya perang. Irak tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan pasokan persenjataan. Berkat solidaritas yang kuat antara Irak dengan negara-negara Arab lainnya, Irak menjadi lebih mudah untuk mendapat bantuan dari Arab Saudi, Yordania, dan Oman. Akan tetapi, bantuan dari beberapa negara Arab tersebut tidak mampu untuk menggantikan senjata buatan Uni Soviet. Irak mengajukan permintaan kepada Uni Soviet untuk mengirim senjata-senjata baru, namun Uni Soviet menolaknya. Walaupun demikian, suplai senjata biasa berjalan terus dan dengan persetujuan dari Raja Hussein yang secara terang-terangan mendukung Irak, dibongkar di Aqaba dan diangkut melalui darat ke Irak. Menurut Foreign Report, lebih dari 45 kapal suplai membongkar muatannya sebanyak 200.000 ton di Aqaba. Dengan demikian, maka Irak dapat meningkatkan serangan-serangannya dan berhasil maju terus meskipun secara lamban dan tapak demi setapak. Beberapa negara Arab yang ikut membantu Irak juga menyiapkan keuangan untuk persenjataan Irak tersebut. Mereka telah menyiapkan sekitar tiga Milyar Dollar Amerika untuk keperluan senjata Irak. Irak sendiri mempunyai tidak kurang dari 35 Milyar Dollar Amerika dalam bentuk devisa dan ditambah uang dari penghasilan minyak yang dialirkan melalui pipa-pipa minyak yang melewati Suriah dan Turki jumlahnya kira-kira tak kurang dari 1 juta barel per hari.
2) Kekuatan Iran
Dalam perang Irak-Iran, Iran mendapat bantuan militer terbatas dari sejumlah negara seperti Libia, Suriah, Turki, Korea Selatan, Taiwan, dan lain sebagainya. Kekuatan mereka tetap tidak sebanding dengan banyaknya bantuan yang diterima Irak. Awal dari serangan Irak yang secara tiba-tiba, cukup membuat Iran kaget. Tetapi itu tidak berlangsung lama, karena militer mereka cepat bergegas. Angkatan Udara yang mereka miliki didukung oleh pesawat-pesawat pembom phantom untuk membalas serangan dari Irak. Namun, Iran diperkirakan kekurangan kerosene. Karena pendapatannya dari minyak dalam devisa asing menurun, maka Iran terpaksa memakai uang simpanannya yang berjumlah kira-kira 6 Milyar Dollar. Dalam masalah persenjataan Iran sulit mendapatkannya karena terhalang masalah embargo. Dengan keterbatasan peralatan perang, Iran tetap optimis tidak akan kalah melawan Irak. Mereka memakai taktik perang panjang yang bertujuan agar Iran dapat menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein. Kekuatan Iran terletak pada Angkatan Udara yang mempunyai peralatan modern dalam jumlah yang besar. Iran mempunyai57 pesawat pengangkut tempur C 130, 250 buah pesawat pembom phantom, 160 buah F 16, 80 buah F 14, 200 buah F 4 yang dilengkapi dengan peluru kendali Phoenix, dan 120 buah F 5. Angkatan darat mereka memiliki 800 tank M60 dan M47 buatan Amerika Serikat. Mereka juga mempunyai 760 buah Chieftank, 250 Scorpion, 1500 Iranian Lion, ketiganya merupakan buatan Inggris. Mereka juga mempunyai tank sedikitnya 3000 buah. Angkatan Laut Iran dipersenjatai dengan pesawat pengintai P36, puluhan kapal patrol, 3 buah kapal selam Tank, 4 destroyer Spruance yang baik untuk mengebom pantai dan juga bagus untuk menghancurkan kapal selam serta satu seri hydroglisseur yang ditahun 1978 jumlahnya melebihi yang dimiliki Angkatan Laut Inggris sehingga mereka bisa mendarat di air yang sedangkal apapun di Teluk Persia.
Pertahanan Iran juga di bantu oleh Pasdaran. Pasdaran lahir berbarengan dengan revolusi Iran. Anggota Pasdaran diambil dari sukarelawan yang sudah dewasa baik laki-laki maupun wanita. Sebelum perang kekuatan Pasdaran tidak begitu besar. Perdana Menteri Bazargan mencoba menghapus para tentara itu tetapi tidak berhasil. Kemudian Bani Sadr memegang kendali Pasdaran lalu membubarkan tetapi gagal juga. Perang ini membuat jumlah Pasdaran empat kali lipat lebih besar. Senjata yang dipegang Pasdaran hanya berupa senjata yang ringan seperti senapan mesin, bazooka dan sebagainya. Senjata Pasdaran dibantu oleh rakyat yang membentuk sejenis organisasi pertahanan sipil (bassif), dewan-dewan desa dan kota (shoura mahali) yang dibentuk atas prakasa almarhum Ayatola Teleghani yang bertugas mengatasi masalah-masalah sosial. Dewan-dewan pabrik, serikat-serikat buruh dan para petani juga ikut membantu dalam peperangan ini.

C. Berlangsungnya Perang Irak-Iran
Perang antara Irak dan Iran ini berlangsung selama 8 tahun.Perang tersebut terbagi dalam beberapa alur atau periode tahun mulai dari penyerbuan Irak pada tahun 1980 sampai gencatan senjata yang berhasil dilakukan untuk mengakhiri perang pada 20 Agustus 1988. Pada dasarnya terdapat tiga hal penting yang dapat diambil dari peperangan tersebut. Pertama, tidak ada pihak yang menjadi pemenang secara mutlak dalam perang Irak-Iran. Irak mendapat separuh kemenangan, sedangkan Iran menderita setengah kekalahan. Kedua, prediksi Irak yang memperkirakan Perang Teluk 1 hanya berlangsung singkat ternyata meleset. Peperangan berlarut-larut sampai 8 tahun. Iran yang semula diremehkan ternyata memberikan perlawanan yang cukup sengit sehingga Iran yang semula berada di pihak defensive kemudian menjadi ofensif. Ketiga, akibat Perang Teluk 1 berdampak pada Irak berupa hutang luar negeri untuk biaya dan ganti rugi perang. Dampak ini menjadi pemicu dan menjadi salah satu faktor terjadinya Perang Teluk II antara Irak melawan Kuwait.

D. Intervensi Asing Dalam Perang Teluk 1
Semakin lama berlangsungnya perang Irak dan Iran, maka semakin besar dan lebih berbahaya, bahwa beberapa negara Teluk yang lain akan terseret. Negara-negara Arab kawasan itu pada umumnya memiliki keberpihakan kepada Irak sebagai negara yang memperjuangkan kepentingan-kepentingan Arab. Termasuk juga Yordania melalui Raja Hussein yang paling tegas mendukung Irak dan menjanjikan bantuan kepadanya. Iran dapat merasa terpojok dan menyerang ladang-ladang minyak mereka dan menutup Selat Hormuz. Ketika instalasi-instalasi minyak Iran dan Irak terbakar menjadi sangat jelas bahwa kedudukan Kuwait, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab sangat rawan.
Mengingat semua hal itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak saja sekedar mengikuti berjalannya peperangan dengan seksama, akan tetapi juga mengambil langkah-langkah untuk mengamankan kepentingan masing-masing dan mungkin juga memperbaiki kedudukan masing-masing. Bagi Washington, peperangan ini merupakan suatu peluang untuk dapat memulihkan kedudukannya di kawasan. Demikian juga dengan Uni Soviet, dapat terbuka kesempatan untuk membantu unsur-unsur kiri di Irak maupun di Iran bila terjadi perebutan kekuasaan akibat kekalahan dalam peperangan ini. Keberhasilan golongan kiri untuk merebut kekuasaan di salah satu negara akan memperbaiki kedudukan Uni Soviet di kawasan, terutama jika Uni Soviet berhasil menempatkan orang-orangnya pada puncak kekuasaan.Namun, Amerika Serikat dan Uni Soviet telah sepakat untuk tidak turun tangan dalam peperangan tersebut. Hal itu dilakukan karena menyadari bahwa intervensi yang satu akan memancing intervensi yang lain maka akan menimbulkan konvrontasi bersenjata antara mereka. Untuk selanjutnya, kedua superpower itu berkepentingan bahwa peperangan ini tetap terbatas pada kedua negara dan tidak ada salah satu pihak yang keluar sebagai pemenang.
Tetapi, pada suatu saat godaan bagi Uni Soviet untuk turun tangan bisa menjadi terlalu besar. Dengan menguasai kawasan Teluk Parsi, Uni Soviet dapat menundukkan negara-negara Eropa Barat dan Jepang. Washington telah memperhitungkan kemungkinan ini, kemudian mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya menjadi kenyataan. Semenjak pergolakan di Iran, menyusul invasi Uni Soviet ke Afghanistan, Presiden Carter menyatakan kawasan Teluk Parsi sebagai kepentingan vital Barat dan menegaskan tekadnya untuk membelanya dengan segala cara, termasuk cara militer. Sehubungan dengan itu, pembentukan Pasukan Gerak Cepat (Rapid Deployment Force) dipercepat. Pasukan ini pada mulanya dimaksudkan untuk mencegah invasi Uni Soviet ke kawasan. Uni Soviet sendiri telah memusatkan 24 divisi di perbatasan Iran-Uni Soviet, hal ini diketahui Washington. Untuk memperbaiki logistik bagi Pasukan Gerak Cepat tersebut, Amerika Serikat meningkatkan pangkalan laut dan udaranya di Diego Garcia, menempatkan tujuh kapal penuh muatan senjata dan suplai di situ, dan merundingkan fasilitas-fasilitas dengan Oman, Somalia, dan Kenya.
Namun, Pasukan Gerak Cepat tidak mampu untuk menumpas invasi Uni Soviet ke kawasan. Pasukan Gerak Cepat pada mulanya dimaksud untuk menunjukkan kepada lawan dan kawan bahwa pasukan-pasukan Uni Soviet bila melintas perbatasan Iran akan ditembak dan bahwa suatu usaha Uni Soviet untuk menguasai kawasan Teluk Parsi akan mengobarkan suatu konfrontasi superpower yang mudah meningkat menjadi suatu konfrontasi nuklir dengan segala akibatnya. Akan tetapi, strategi deterrence ini bisa gagal. Uni Soviet dalam keadaan tertentu dapat menyerbu Iran dengan harapan bisa menguasainya dengan cepat sebelum Amerika Serikat dapat melakukan sesuatu untuk menggagalkannya. Walaupun kemungkinan itu tidak besar, karena persiapan invasi memakan waktu dan dapat diketahui sehingga Amerika Serikat dapat terlebih dahulu mengerahkan Pasukan Gerak Cepatnya.

Sejarah Paham Trinitas dalam Kristologi

Trinitas berarti kesatuan dari tiga. Trinitas dalam Kristen adalah Tiga Tuhan yakni Tuhan Allah, Tuhan Yesus dan Tuhan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu.

Dogma ini berasal dari paham Platonis yang diajarkan oleh Plato (?-347 SM), dan dianut para pemimpin Gereja sejak abad II (Tony lane 1984). Edward Gibbon dalam bukunya The Decline and fall of the Roman Empire, hal 388, mengatakan:

Plato menganggap keilahian alami terdiri dari atas tiga bagian: Penyebab awal, Firman (Logos), dan Roh alam semesta….Sistem Platonis sebagai tiga Tuhan, bersatu antara satu dengan lainnya melalui kehidupan yang baka dan misterius; dan Firman (Logos) secara khusus dianggap yang paling tepat sebagai Anak Bapak yang baka dan sebagai pencipta dan penguasa alam semesta.

Ajaran tiga Tuhan dalam satu ini bukan hanya dianut masyarakat Yunani dan Romawi, tetapi juga mereka yang mendiami wilayah Asia Barat, Tengah, Afrika Utara dan pengaruhnya menjalar ke beberapa kawasan lainnya di dunia.


Watch Tower and Bible Tract Society of Pennsylvania, 1984, menjelaskan:

Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama maupun sesudah Yesus. Setelah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen.

1. Athanasian Creed (abad VI) mendefinisikan Trinitas sebagai:

“The Father is God, the Son is God, and the Holy Ghost is God. And yet there Gods but one God”. (Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. Namun bukan tiga Tuhan melainkan satu Tuhan).

2. The Orthodox Christianity kemudian mendefinisikan lagi Trinitas sebagai:

“The Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is God, and toqether, not exclusively, the form one God”. (Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan, dan bersama-sama, bukan sendiri-sendiri, membentuk satu Tuhan).

Sebelumnya sudah banyak para pemimpin Gereja yang mencoba memasukkan ajaran Platonis dan agama Mesir tentang tiga Tuhan dalam satu. Namun upaya tesebut baru pada tahap adanya tiga unsur atau oknum yang memiliki ikatan satu dengan lainnya. Ketetapan ketiga oknum: Tuhan, Anak dan Roh Kudus masing-masing dianggap Tuhan setara dan abadi, tidak pernah ada sebelum ditetapkananya Athanasian Creed di abad ke IV, diantaranya :

1. Irenaeus (125-203) menjelaskan bahwa Tuhan tidak sendirian. Selalu ada Firman dan Hikmah bersamanya, Anak dan Roh, yang melaluinya Tuhan menciptakan segala sesuatu secara bebas dan spontan;

Gereja, yang walaupun tersebar di seluruh dunia, sampai ke ujung bumi, telah menerima dari para Rasul dan murid-murid mereka keyakinan ini: (Percaya) kepada Tuhan Yang Maha Besar, pencipta Sorga dan bumi dan laut dan segala yang ada di dalamnya; dan dalam satu Kristus, Yesus, Anak Tunggal Allah, yang telah menjadi daging demi keselamatan kita, dan didalam Roh Kudus.

Dalam definisi ini jelas sekali bahwa sampai akhir abad II, para pemimpin Gereja dan umat Kristiani masih beranggapan bahwa Allah (Bapa) adalah satu-satunya Tuhan yang Maha Besar. Yesus hanya dikenal sebagai Anak Allah sebagaimana yang dikampanyekan Paulus.

2. Tertulian (160-230) merupakan yang pertama menggunakan istilah Trinitas. Dia mendefinisikan Trinitas sebagai: “una substantia trepersonae” (satu zat dalam tiga oknum). Dia mengatakan :

Marilah kita menjaga misteri ikatan keilahian yang menjelaskan kesatuan dari yang tiga, Bapa, Anak dan Roh Kudus, tiga bukan dalam sari, tetapi dalam tingkatan, bukan dalam zat tetapi dalam bentuk.

Menurut Tertullian ketiga oknum, Bapa, Anak, dan Roh Kudus memiliki tingkatan yang berbeda-beda.

3. Origen (185-250) mengajarkan tiga Tuhan dalam Trinitas bertingkat: Bapa lebih besar dari Anak, yang lebih besar dari Roh Kudus. Hanya Bapa satu-satunya Tuhan yang sesungguhnya.

Pertama, bahwa ada satu Tuhan….
Kedua, bahwa Yesus Kristus sendiri….lahir dari Bapa sebelum segala sesuatu dicipta….
Ketiga, bahwa Roh Kudus berkaitan dalam kemuliaan dan kehormatan dengan Bapak dan Anak.

Dalam definisinya, Origen menegaskan bahwa Tuhan Allah itu Esa. Kedudukan Yesus adalah dibawah Tuhan Allah (Bapa), dan kedudukan Roh Kudus dibawah Yesus.

PERKEMBANGAN SELANJUTNYA:

Sebelum abad ke IV para pemimpin Gereja disibukkan dengan bagaimana memformulasikan hubungan yang tepat antara Allah dan Yesus. Hubungan tersebut berkisar pada kedudukan Tuhan sebagai Bapak, dan Yesus sebagai Anak Tuhan. Atau hubungan antara Allah sebagai Tuhan yang Mulia, Baka dan Sempurna dengan Logos dari Allah sebagai perantara Tuhan dan manusia. Oleh karena itu sampai dengan awal abad ke IV para pemimpin Gereja umumnya masih berpendirian bahwa Tuhan Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Kalau pun Yesus sudah mulai dikultuskan, masih dalam koridor Anak Allah atau Logos, dan bukan Tuhan.

Keadaan berubah secara drastis ketika Kaisar Romawi, Constantine, menyatakan masuk Kristen tahun 312 M. Masuknya Kaisar ini disambut dengan semangat yang berapi-api oleh umat Kristen saat itu. Kaisar menetapkan Kristen sebagai agama Kerajaan. Walaupun hal ini disambut dengan gembira, beberapa kalangan saat itu mengkhawatirkannya.

Tony Lane menjelaskan kesalahan yang mengerikan ini dalam bukunya Christian Thought hal. 11: Jalan menuju Ketuhan Yesus tidaklah mulus, malah penuh dengan pertumpahan darah. Namun ajaran Trinitas dari agama Mesir dan Babilonia, yang kemudian diidealkan oleh Plato, yang kemudian dianut oleh para pemimpin Gereja, menyebabkan lahirnya bibit-bibit pendukung Trinitas dalam Gereja Kristen. Mereka inilah yang berjuang mati-matian memasukkan ajaran Trinitas kedalam Kristen yang dimulai dengan upaya mempertahankan Yesus. Salah seorang tokohnya adalah Athanasius.

Ketika Constantine menjadi Kaisar Romawi, secara terbuka dia menyatakan diri sebagai pendukung Athanasius yang dianggapnya sesuai dengan latar belakang filsafat Yunani yang dia anut. Untuk menghabisi paham tauhid Arianisme, Kaisar menyarankan istilah “homoousios” yang pengertiannya adalah “Yesus satu zat denqan Allah“. Tony Lane menambahkan dalam bukunya: Kaisar sendiri menganjurkan (penggunaan) kata (homoousios), diduga atas anjuran penasehat spiritualnya…. Kata tersebut dianggap cocok untuk (Gereja) bagian barat sejak Tertullian memperkenalkan Trinitas sebagai oknum dalam satu zat.

Athanasius dibesarkan di Mesir, daerah yang sangat subur ajaran Trinitasnya. Di Mesir penduduk menyembah tiga Tuhan dalam satu: Osiris, Isis dan Horus. Disamping itu, ajaran Filsafat Platonis dan Stoa juga berkembang pesat di Alexandria, dimana Athanasius tinggal mengidealkan Trinitas agama Mesir. Bagi Athanasius yang sudah terbiasa di alam tiga Tuhan, ajaran tauhid para pengikut Kristen saat itu dirasakannya sangat mengganggu. Oleh karena itu arus masuknya para penyembah berhala ke dalam Kristen serta didukung Kaisar Romawi untuk mengawinkan ajaran Kristen dengan ajaran penyembah berhala di kerajaan, dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Athanasius untuk menghabisi ajaran tauhid yang masih bercokol di kalangan Kristen.

Menurut filsafat Yunani, walaupun Tuhan sangat ingin menyelamatkan manusia, namun tidak mungkin langsung dapat melakukannya. Untuk menyelamatkan manusia, Tuhan menggunakan perantara yakni Logos. Karena pemimpin Gereja menginginkan Yesus sebagai Logos, sehingga Yesus selanjutnya harus menduduki posisi Logos. Inilah yang diperjuangkan oleh Athanasius agar Yesus menduduki posisi baru sebagai Logos penyembah berhala yang akan menjalankan fungsi Anak Tuhan dan Juru Selamat.

S.E.Frost Jr. dalam bukunya Basic Teachinq of the Great Philosophers ha1.110 menjelaskan: Tuhan sebagaimana paham filsafat Platonis dianggap suci, mulia dan sempurna. Oleh karena itu diangap penting untuk memperkenalkan perantara, yakni Logos (Firman), untuk menciptakan jagat raya. Beberapa ahli pikir kemudian menganggap Logos ini adalah Kristus (Yesus).

Bibit ide Ketuhanan Yesus

Ide tentang Anak Tuhan ini merupakan hal yang lumrah di masyarakat Yahudi. Mereka menganggap bahwa bangsa Israel adalah “Anak-anak Tuhan”. Bagi mereka istilah “Anak Tuhan” bukan untuk individu. “Anak-anak Tuhan” dalam pengertian individu merupakan paham penyembah berhala yang menganggap bahwa Tuhan beranak di dunia. (Tillich 1968).

Drapper dalam bukunya Conflict between Religion and Science menceritakan bahwa Plato lahir di Athena tahun 429 SM. Ibunya adalah Paraction yang bertunangan dengan Arus. Namun sebelum mereka menikah, Paraction telah dihamili oleh Tuhan Apollo yang merupakan “Roh Kudus” dalam ketuhanan bangsa Yunani. Tuhan Appolo mengancam Arus untuk menghormati Roh Kudus dan tidak mendekati Paraction yang telah dihamilinya. Oleh sebab itu Plato di sebut “Anak Tuhan”. Pythagoras yang lahir tahun 575 SM yang dianggap lahir tanpa ayah, juga disebut “Anak Tuhan“.

Paulus yang menganggap Yesus lahir melalui intervensi Roh Kudus, memperkenalkannya kepada para penyembah berhala di kerajaan Romawi sebagai “Anak Tuhan (Allah)”.

“Jawab malaikat itu kepadanya: `Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah yang Maha Tinqqi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35).

“Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah” (Kisah Para Rasul 9:20)

Sebenarnya yang mengangkat Yesus sebagai Tuhan berasal dari orang-orang Kristen itu sendiri, seperti contohnya di Indonesia dimana Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) melencengkan terjemahan “Kyrios” dan “Lord” dalam Injil. Sekarang logikanya saja, untuk apa Allah membuat Tuhan??? Dalam agama Tauhid pernyataan ini tidak ada jawabannya. Tetapi bagi penyembah berhala Platonis dan Stoic, Tuhan yang mulia harus membuat Logos untuk menyelamatkan dunia yang berdosa.

Dalam Alkitab dengan jelas dapat dibedakan. Kalau ayatnya mengatakan Allah Juru selamat kita, berarti itu adalah sisa-sisa yang masih terdapat dalam Alkitab. Tetapi kalau ayatnya mengatakan Yesus Juru selamat kita berarti ajaran penyembah berhala telah merasuk dalam Alkitab.

Namun yang ingin dijelaskan disini adalah bagaimana Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan Alkitab sehingga lahirlah terjemahan ayat seperti yang diperlihatkan oleh Hamran Ambrie.

Pada saat Lembaga Alkitab Internasiaonal menerjemahkan Alkitab bahsa Yunani kedalam bahasa Inggris, kata “Kyrios” yang berarti “Tuan/Boss” diterjemahkan menjadi “Lord” atau “Sir” yang juga berarti “Tuan/Boss“. Misalnya : Land Lord = Tuan Tanah
Drug Lord = Tuan/Boss Obat terlarang
Gambling Lord = Tuan/Boss Judi
Lord of the Universe = Tuan Alam Semesta (Tuhan).

Namun Lembaga Alkitab Indonesia bukannya menerjemahkan “Kyrios” dan “Lord” sebagai “Tuan” tetapi “Tuhan“. Memang untuk ini, LAI tidak perlu bekerja membanting tulang. Cukup dengan membubuhkan huruf “h” di tengah-­tengah kata “Tuan” maka sim salabim, seorang makhluk dalam sekejap berubah menjadi Khalik (Pencipta). Dengan cara ini Lembaga Alkitab Indonesia dengan sengaja telah merubah Yesus “Tuan/Pemimpin umat Israel menjadi “Tuhan yang olehnya segala sesuatu telah dijadikan”, persis seperti Logos penyembah berhala Platonis. Terjemahan yang dipaksakan ini akhirnya menjadi janggal di telinga mereka yang mendengarnya. Apalagi ketika kata “Tuhan” diterapkan kembali ke pasangan kata seperti diatas, maka artinya menjadi lain. Land Lord tentu sudah tidak sama dengan Tuhan Tanah.

“Gambling Lord tentu sudah tidak sama dengan Tuhan Judi”.

Kalau Lord of the Universe dapat saja berarti Tuan atau Tuhan, karena Tuan semesta alam adalah Tuhan. Disinilah letak ketidak-jujuran Lembaga Alkitab Indonesia dalam menerjemahkan Alkitab dengan benar.

Sebagaimana diketahui, kata Tuan digunakan untuk manusia, terkecuali Tuan semesta alam adalah Tuhan. Tetapi kata “Tuhan” sudah jelas tidak digunakan untuk manusia, terkecuali bagi para penyembah berhala.

Perhatikanlah kejanggalan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia atas kata “Kyrios” dan “Lord” yang diterjemahkan sebagai Tuhan:

“Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam…” (Yohanes 4:11) “Tuhan, nyata sekarang padaku bahwa Engkau seorang Nabi” (Yohanes 4:19) “Siapakah Engkau, Tuhan?” (Kis. 9:5)

Coba bayangkan, untuk apa timba bagi Tuhan? Yang perlu timba hanyalah manusia! Selanjutnya, dari mana perempuan Samaria tahu bahwa yang perlu timba dihadapannya adalah Tuhan Penguasa Alam Semesta?… Sungguh aneh, untuk “memberi makan 5.000 orang” Tuhan mampu, sementara untuk memperoleh seteguk air saja, Tuhan harus menunggu diberi timba.

Perhatikanlah ayat berikut ini (Yohanes 4:11) dalam teks bahasa Inggris di berbagai versi Alkitab :

1. “Sir,” the woman said, ‘you haven’t got a bucket…”
(Good News Bible, 1976)

2. “The woman saith unto him, Sir, thou hast nothing to draw with…”
(Holy Bible Authorized King James Version)

3. “Sir” she challenger him, “You do not have bucket…”
(The New Testament of the New American Bible, 1970)

4. “She said to him: “Sir, you have not even a bucket…”
(The Kingdom Interlinear Translation of The Greek Scroptures, 1985)

5. “The woman said to Him, “Sir, you have nothing to draw with,…”
(New Tastament, Psalms, Proverbs, 1982)

6. “The woman saith unto him, Sir, thou hast nothing to draw with…” (The First Scofield Reference Bible, 1986)

Dari ayat-ayat yang dikutip dari berbagai versi Alkitab bahasa Inggris diatas, nyata dan jelas bahwa penggunaan kata Sir adalah identik dengan kata Lord yang artinya Tuan, bukan Tuhan (God)!

Perlu disadari bahwa tidak ada satu pun kamus bahasa inggris di muka bumi ini yang menerjemahkan kata “Sir” sabagai “Tuhan“!

Dalam Yohanes 4:19, perempuan Samaria tersebut menyebut Tuhan sebagai orang yang artinya menyamakan Tuhan Pencipta (Khalik) dengan yang dicipta (makhluk). Padahal dalam berbagai versi Alkitab berbahasa Inggris Yesus dalam ayat ini disapa dengan Sir atau Tuan, bukan Tuhan!. Yang lebih aneh lagi adalah pertanyaan Paulus dalam Kis.95. “Siapa Engkau, Tuhan?”. Kalau Paulus benar-benar bertanya demikian, kita tentu wajar mempertanyakan: Apakah Paulus sudah pikun atau tidak waras?“. Lucu amat Paulus sebagai pendiri agama Kristen tidak tahu dan masih bertanya siapa Tuhannya. Ini sungguh keterlaluan!

Tetapi kalau kata “Kyrios” atau “Lord” diterjemahkan dengan kata “Tuan“, kan enak dan pas dibaca, contoh:

“Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam…” (Yohanes 4:11), “Tuan, nyata sekaranq padaku bahwa Engkau seoranq Nabi” (Yohanes 4:19), “Siapakah Engkau, Tuan?” (Kis. 9:5).

Camkanlah istilah tepat yang digunakan Yesus untuk dirinya sendiri:

“Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias (Yesus)” (Matius 23:10)

Kalau memang Yesus adalah Tuhan tentu beliau akan berkata: “Janganlah pula kamu disebut Tuhan, karena hanya satu Tuhanmu yaitu diriku (Yesus)” Oleh karena itu sangat menyedihkan betapa tokoh besar seperti Hamran Ambrie bisa keliru dan disesatkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Padahal maksud ayat tersebut adalah: “Allah menjadikan Yesus sebagai tuan/pemimpin dan rasul untuk Bani Israil“.

Pada Konsili di Konstantinopel yang diselenggarakan dari bulan Mei s/d Juli 381M. Konsili ini dapat dikatakan Konsili para pemimpin Capadocian yang mendukung Trinitas.

Gregory dari Nazianzus (329-389M), yang merupakan tokoh Capadocian memperkenalkan formula Trinitas dalam bukunya “Five Theological Oration“, hal. 39: Kesatuan Tuhan itu adalah satu dalam tiga dan ketiganya adalah satu. Dia memainkan peranan penting dalam menggolkan ajaran Trinitas dalam konsili. Kaisar Theodorius yang merupakan pendukung Ketuhanan Yesus ingin sekaligus menghabisi paham Tauhid Arius.

Dalam konsili inilah untuk pertama kali dinyatakan bahwa Roh Kudus harus disembah. Walaupun dalam Konsili ini Roh Kudus dinyatakan sebagai obyek yang disembah, tetapi belum dinyatakan sebagai Tuhan.Konsili ini juga dihadiri oleh 36 Uskup Macedonia yang menentang keras segala bentuk penyembahan terhadap Roh Kudus. Mereka berpendirian bahwa Roh Kudus hanyalah mahluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu dia bukan Tuhan, sehingga tidak perlu disembah. Namun karena para uskup Capadocia jumlahnya lebih banyak sehingga para uskup Macedonia kalah.

Dalam penentuan apakah Roh Kudus adalah Tuhan atau tidak, bantahan mereka masih didengar. Namun ketika para uskup Capadocia ngotot untuk menyembah Roh Kudus, akhirnya para uskup Macedonia menyerah dan meninggalkan ruangan konsili (walk out).

Sekitar tahun 359-360M ketika Athanasius didesak untuk menghadapi kelompok Tropici dari Mesir yang mengajarkan bahwa Roh Kudus hanya sekedar makhluk yang diciptakan dari tidak ada menjadi ada. Uskup mereka, Serapion, yang tidak mampu menghadapi mereka meminta tolong pada Athanasius.

Dalam suratnya “Letter to Serapion“, Atahnasius untuk pertama kalinya menjelaskan secara detail tentang Teologi Trinitas. Athanasian Creed ini bukanlah sebuah kredo dan juga tidak ditulis oleh Athanasius. Gereja yang tidak tahu siapa penulis Athanasian Creed, menganggapnya di tulis oleh Athanasius hanya karena dia dianggap sebagai pencipta ajaran Trinitas.

Athanasian Creed yang diperkirakan ditulis pada abad ke VI menetapkan sesuatu yang dapat dianggap sebagai formulasi dan definisi akhir dari Trinitas. Ketetapan penting yang tercantum dalam Kredo ini adalah diumumkannya S.K. Ketuhanan Roh Kudus : Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan dan Roh Kudus adalah Tuhan. Namun bukan tiga Tuhan tetapi hanya satu Tuhan.

Berbagai kredo yang dihasilkan oleh konsili bukan merupakan penjelasan atau konfirmasi dari Allah atau Yesus tentang siapa Tuhan sebenarnya, melainkan sekedar pertarungan antar pendapat yang selalu dimenangkan oleh kelompok yang didukung Kaisar. Hal ini dijelaskan oleh Uskup John Shelby Spong dalam bukunya: Why Christian must Change or Die, 1998, hal 18 : Tujuan dari setiap kredo (yang dihasilkan di setiap konsili) bukan untuk menjelaskan siapa sesungguhnya Tuhan, tetapi sekedar untuk menyingkirkan pendapat yang tidak sejalan (dengan yang dianut Kerajaan dan Gereja).

Oleh karena itu Yesus tidak punya urusan dengan ajaran maupun definisi Trinitas sebagaimana yang dianut oleh umat Kristiani saat ini. Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas kepada murid-muridnya, apalagi bermimpi bahwa dirinya adalah oknum kedua dari Trinitas. Hal ini ditegaskan oleh A.N.Wilson dalam bukunya Jesus A Live, 1992, hal XIV: Saya harus mengakui bahwa memang mustahil untuk mempercayai bahwa orang suci dari Galilea di abad I (Yesus) pernah sekali saja dalam hidupnya merasa dirinya sebagai oknum kedua dari Trinitas.

Sejarah Paham Sekularisme

Istilah secular berasal dari bahasa latin Saeculum yang memiliki dua konotasi yaitu time dan location. Waktu menunjukan sekarang sedangkan tempat dinisbahkan kepada dunia. Jadi saeculum berarti zaman ini atau masa kini, dan zaman ini atau masa kini menunjukan peristiwa di dunia ini, dan itu juga berarti peristiwa–peristiwa masa kini. Adapun sekularisasi dalam kamus ilmiah adalah hal usaha yang merampas milik gereja atau penduniawian. Sedangkan Sekularisme adalah sebuah gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa campur tangan agama.

Bila kita melacak sejarah bangsa Eropa, sekularisme muncul disebabkan pengongkongan gereja dan tindakannya menyekat pintu pemikiran dan penemuan sains. Pihak gereja Eropah telah menghukum ahli sains seperti Copernicus, Gradano, Galileo dll yang mengutarakan penemuan saintifik yang berlawanan dengan ajaran gereja. Kemunculan paham ini juga disebabkan tindakan pihak gereja yang mengadakan upacara agama yang dianggap berlawanan dengan nilai pemikiran dan moral seperti penjualan surat pengampunan dosa, yaitu seseorang boleh membeli surat pengampunan dengan nilai wang yang tinggi dan mendapat jaminan syurga walaupun berbuat kejahatan di dunia.

Disamping itu, Kemudian muncul revolusi rakyat Eropa yang menentang pihak agama dan gereja yang bermula dengan pimpinan Martin Luther, Roussieu dan Spinoza. Akhirnya tahun 1789M, Perancis menjadi negara pertama yang bangun dengan sistem politik tanpa intervensi agama. Revolusi ini terus berkembang sehingga di negara-negara Eropa, muncul ribuan pemikir dan saintis yang berani mengutarakan teori yang menentang agama dan berunsurkan rasional. Seperti muncul paham Darwinisme, Freudisme, Eksistensialisme, Ateismenya dengan idea Nietche yang menganggap Tuhan telah mati dan manusia bebas dalam mengeksploitasi. Akibatnya, agama dipinggirkan dan menjadi bidang yang sangat kecil, terpisah daripada urusan politik, sosial dan sains. Bagi mereka yang melakukan penolakan terhadap sistem agama telah menyebabkan kemajuan sains dan teknologi yang pesat dengan munculnya zaman Renaissance yaitu pertumbuhan perindustrian dan teknologi pesat di benua Eropa.

Dalam perjalananny, Paham ini terus menular dan mulai memasuki dunia Islam pada awal kurun ke 20. Turki merupakan negara pertama yang mengamalkan paham ini di bawah pimpinan Kamal Artartuk. Seterusnya paham ini menelusuri negara Islam yang lain seperti di Mesir melalui polisi Napoleon, Algeria, Tunisia dan lain-lain yang terikat dengan pemerintahan Perancis. Dan, Indonesia, Malaysia masing-masing dibawa oleh Belanda dan Inggeris. Ini dapat kita lihat dengan munculnya dualisme yaitu agama satu sisi dan yang bersifat keduniaan satu sisi. Seperti pengajian yang berasaskan agama tidak boleh bercampur dengan pengajian yang berasaskan sains dan keduniaan.


Disamping itu, sejarah yang paling kental tentang munculnya sekularisme adalah disebabkan dari bentuk kekecewaan (mosi tidak percaya) masyarakat Eropa kepada agama kristen saat itu (abad 15). Di mana kristen beberapa abad lamanya menenggelamkan dunia barat ke dalam periode yang kita kenal sebagai the dark age. Padahal pada saat yang sama peradaban Islam saat itu sedang berada di puncak kejayaannya. Sehingga ketika perang salib berakhir dengan kekalahan di pihak Eropa, walau mereka mengalami kerugian di satu sisi, tetapi, sebenarnya mereka mendapatkan sesuatu yang berharga, yaitu inspirasi pengetahuan. Karena justru setelah mereka “bergesekan” dengan umat Islam di perang salib. Hal tersebut ternyata menjadi kawah lahirnya renaissance beberapa abad setelahnya di Eropa. Setelah mereka menerjemahkan buku-buku filsafat yunani berbahasa arab dan karya-karya filosof Islam lainnya ke dalam bahasa latin. Pada saat Eropa mengalami the dark age, kristen yang sudah melembaga saat itu menguasai semua ranah kehidupan masyarakat Eropa. Politik, ekonomi, pendidikan dan semuanya tanpa terkecuali yang dikenal denga istilah ecclesiastical jurisdiction (hukum Gereja). Semua hal yang berasal dari luar kitab suci Injil dianggap salah. Filsafat yang notabene sebagai al-umm dari ilmu pengetahuan dengan ruang lingkupnya yang sangat luas, mereka sempitkan dan dikungkung hanya untuk menguatkan keyakinan mereka tentang ketuhanan yang trinitas itu. Mereka menggunakan filsafat hanya sekedar untuk menjadikan trinitas yang irasional menjadi kelihatan rasional. Dengan demikian secara otomatis filsafat yang seharusnya menjadi induk dari seluruh ilmu pengetahuan yang ada menjadi mandul dan tidak berfungsi .

Ilmu pengetahuan yang menopang majunya sebuah peradaban malah dimusuhi. Ketika ada penemuan baru yang dianggap bertentangan dengan isi injil dianggap sebagai sebuah pelanggaran yang harus ditebus dengan nyawa. Sebagaimana yaang dialami Copernicus yang menyatakan teori heliosentrisnya yang notabene bertentangan dengan injil yang mengemukan teori geosentris.

Sesuai dengan teori arus air, jika ia ditahan maka lama kelamaan akan menjadi tenaga yang begitu dahsyat untuk mengahancurkan penahannya. Begitu juga yang terjadi di Eropa pada abad 15 dengan apa yang disebut renaissance sebagai lambang dari pembebasan masyarakat Eropa dari kungkungan kristen. Gerakan renaissance ini mulai digerakkan di berbagai lini, seni, gerakan pembaruan keagamaan yang melahirkan kristen protestan, humanisme dan penemuan sains . Yang selanjutnya diteruskan dengan masa enlightenment pada abad ke-18 satu abad setelah lahirnya aliran Filsafat Moderen pada abad ke-17.

Tirani Gereja Kristen—sebagaimana yang kita ketahui—merupakan agama yang cinta damai dan agama cinta kasih. Ini bisa dilihat dari perkataan Yesus yang memerintahkan murid-muridnya untuk memberikan pipi kanan jika dipukul pipi yang kiri. Namun, pada kenyataannya Gereja sebagai kristen yang melembaga justru menjadi tirani bagi bangsa Eropa pada abad pertengahan, yang membuat Eropa terpuruk selama berabad-abad dalam masa yang disebut the dark age. Monopoli pemahaman dan penafsiran injil itu oleh para pemuka kristen (rijâlu ad-dîn) terus berlaku sampai akhirnya kristen mejadi agama resmi Romawi. Justru semenjak itu pula kristen melembaga menjadi institusi Gereja. Monopoli kitab suci semakin menjadi. Yang mana monopoli kitab suci tersebut berbuah kepada monopoli keberagamaan kristen. Monopoli itu pula menjadikan umat kristen sangat bergantung kepada institusi Gereja.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya dimulai pada abad ke-7 dimana Dapunta Hyang mendirikan kerajaan ini. Sejauh ini kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan terbesar di nusantara yang memiliki kekuasaan wilayah yang amat luas. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat Malaka (merupakan jalur perdagangan India – Cina pada saat itu), Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaka.

Sumber-sumber sejarah adanya kerajaan ini diperoleh dari berita luar negeri antara lain kabar dari Cina, Arab, India dan sejumlah prasasti-prasasti di dalam negeri. Agar lebih jelas, kita bagi menjadi dua jenis yaitu sumber sejarah dari luar negeri dan dari dalam negeri.

Sumber sejarah dari luar negeri meliputi:
a. Kabar dari Cina

Berita dari Cina berasal dari seorang pendeta Budha yang bernama I-Tsing, Ia melakukan perjalanan dari Cina ke India (begitu sebaliknya) guna menimba ilmu. Disaat dalam perjalanan, ia singgah di kerajaan Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama 6 bulan untuk mempelajari bahasa sanskerta sehingga ia bersama guru Buddhis, Sakyakirti, mampu menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina.

I-Tsing menjelaskan bahwa kerajaan ini menganut agama Budha serta memiliki pelayaran yang sangat maju. Ia menjelaskan juga bahwa kerajaan Sriwijaya mampu menaklukkan daerah Kedah di pantai barat Melayu pada tahun 682 – 685. Selain itu, kabar dari Cina lainnya menyebutkan bahwa pada masa dinasti Sung telah terjadi beberapa kali pengiriman utusan dari Cina ke Shi-li-fo-shih (Sriwijaya).

b. Kabar dari Arab

Diberitakan bahwa telah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Zabag (Sriwijaya) di sebuah Pulau Emas (karena banyak emas). Ibu Hordadheh mengatakan bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas bahkan sebanyak 106 Kilogram/tahun. Alberuni mengatakan bahwa kerajaan Zabag memiliki hubungan baik dengan Cina melebihi hubungan baiknya dengan India.

c. Kabar dari India

Berita dari India ditemukan pada prasasti Leiden Besar yang telah ditemukan oleh raja-raja dari dinasti Cola. Disini dijelaskan bahwa ada pembebasan tanah Anaimangalam kepada biara di Nagipatma, dimana biara tersebut dibangun oleh Marawijayattunggawarman -keturunan Syailendra- yang berkuasa di Sriwijaya dan Kataka.

Selain itu berita datang dari prasasti Nalanda yang menceritakan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda telah membebaskan pajak di lima desa. Kemudian lima desa tersebut berkewajiban membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Prasasti ini juga menerangkan bahwa Raja Balaputradewa merupakan raja terakhir dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa yang kemudian meminta pengakuan atas hak-hak dinasti Syailendra.

Adapun sumber sejarah dari dalam negeri dapat kita peroleh dari prasasti-prasasti berbahasa Melayu Kuno, antara lain sebagai berikut:

a. Prasasti Kedukan Bukit (683 M) ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasati ini berbunyi,”Seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci dengan perahu yang berangkat dari Minangatwan dengan membawa tentara sebanyak 20.000. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan beberapa daerah sehingga kemenangannya membawa Sriwijaya menjadi makmur. Perjalanan ini memakan waktu delapan hari”

b. Prasasti Talang Tuo (684 M) ditemukan di sebelah barat Palembang. Prasasti ini berisi doa-doa agama Budha dan berisi cerita tentang pembuatan Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanegara untuk kemakmuran semua makhluk.

c. Prasasti Kota Kapur (686 M) ditemukan di Bangka. Prasasti ini berisi permohonan kepada Dewa agar menjaga kesatuan kerajaan Sriwijaya serta menghukum kepada siapa pun yang berniat jahat kepada kerajaan Sriwijaya.

d. Prasasti Karang Berahi (686 M) berisi sama dengan prasasti kota kapur.

e. Prasasti Telaga Batu tidak memiliki angka tahun pembuatan. Prasasti ini menjelaskan bahwa kerajaan Sriwijaya berbentuk kerajaan kesatuan serta menjelaskan kedudukan putra-putra raja.

f. Prasasti Ligor (775 M) ditemukan di Tanah Genting Kra. Prasasti ini terdiri dari dua muka, dimana pada Ligor A berisi pujian terhadap leluhur kerajaan Sriwijaya dan pendiri Buddha Sakyamuni, Aralukiteswara dan Wajrapani. Ligor B berisi gelar atau sebutan Cailendravamsaprabumigadata sebagai penakluk para musuh pada saat dinasti Syailendra. Selain itu prasati ini juga mengabarkan tentang berhasilnya Kerajaan Sriwijaya untuk menaklukan Pulau Bangka dan Tanah Genting Kra (Melayu).

g. Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Lampung. Prasasti ini tidak bertahun dan menceritakan tentang penaklukan Kerajaan Tulangbawang oleh kerajaan Sriwijaya.

Sriwijaya merupakan kerajaan yang memiliki armada maritim yang sangat tangguh. Adapun Raja-raja yang terkenal karena pernah membawa kerajaan Sriwijaya dijaman keemasan antara lain: Dapunta Hyang Sri Jayanegara, Balaputradewa dan Sanggrama Wijayatunggawarman.

Kehidupan ekonomi kerajaan ini diantaranya yakni dengan perdagangan gading, kulit dan beberapa jenis binatang. Mereka juga membina hubungan internasional dengan mengimpor sutra, permadani dan porselin.

Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran pada abad ke-10 M. Kemunduran ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya perubahan iklim yang menyebabkan sungai-sungai menjadi mengandung lumpur sehingga mempengaruhi sektor ekonomi, adanya hegemoni baru di Jawa Timur, adanya serangan militer diantaranya adalah serangan besar dari kerajaan Majapahit yang ingin menyatukan Nusantara.

Sejarah Berdirinya Club Chelsea FC

Pada malam hari, 10 Maret 1905, di ruang atas sebuah bar Rising Sun (yang kini menjadi restoran
The Butcher's Hook), Chelsea FC didirikan.

Di antara para direktur pendiri ada pemilik, sang jutawan, Henry Augustus 'Gus' Mears. Ada juga saudaranya, Joseph, saudara ipar mereka, Henry Boyer, pemungut cukai Alfred Janes dan keponakannya, Edwin, yang menjalankan usaha Rising Sun.

Sejarah klub dimulai dengan Gus Mears. Pada 1904, ia membeli stadion Stamford Bridge di Fulham, yang ketika itu merupakan markas dari London Athletics Club. Mears berencana membangun kembali stadion dengan fasilitas sepakbola dengan seni negara, dengan maksud menawarkan tim lokal yang sudah eksis di wilayah itu, Fulham FC, untuk menggunakannya. Tapi, rupanya Fulham tidak tertarik sehingga Mears memutuskan untuk memulai klubnya sendiri.

Dalam pertemuan di bar itu, di seberang pintu masuk stadion, Mears memilih nama Chelsea, yang sebenarnya adalah kota kecil yang berdekatan dengan stadion tersebut. Nama-nama lain, seperti Kensington FC, Stamford Bridge FC, dan London FC, sempat masuk pertimbangan, namun akhirnya nama Chelsea FC yang dipilih.

John Tait Robertson, yang ketika itu adalah pemain timnas Skotlandia berusia 28 tahun, terpilih sebagai pemain sekaligus manajer di klub. Berkolaborasi dengan Frederick Parker, yang juga berjasa membawa Chelsea masuk ke Divisi Dua Football League, Robertson membentuk sebuah skuat yang termasuk di dalamnya penjaga gawang William "Fatty" Foulke.

Pertandingan perdana Chelsea adalah pada 2 September 1905, yakni laga tandang kontra Stockport County, meski ditandai dengan kekalahan 1-0. Sementara itu, pertandingan perdana di stadion sendiri juga tercipta pada September 1904, dalam sebuah laga uji coba, yang berakhir kemenangan 4-0 atas Liverpool. Stamford Bridge dengan cepat meraih kesuksesan. Dalam sebuah pertandingan kontra Manchester United pada Jumat Agung 1906, ada 67.000 pasang mata yang menonton. 

Chelsea promosi ke Divisi Pertama pada 1907, sekitar dua tahun setelah berdiri. Di musim perdana di Divisi Pertama itu, ada julukan baru buat mereka, yakni "Pensiunan", karena memikat penontin paling besar sepanjang sejarah di Britania. Bahkan, seniman paling populer ketika itu, George Robey, mendaftar sebagai pemain.

Chelsea meraih gelar besar pertama mereka pada 1955, berhasil menjuarai liga. Mereka menambah beberapa trofi lain di akhir abad ke-20, termasuk tiga Piala FA (1970, 1997, dan 2000), dua Piala Liga (1965 dan 1998), dan dua Piala Winners (1971 dan 1998).

Tapi, periode paling sukses Chelsea dimulai dengan musim 2003/04, setelah akuisisi oleh miliarder asal Rusia, Roman Abramovich. Sejak itu, mereka mampu meraih empat gelar liga (2005, 2006, 2010, dan 2015), ditambah empat Piala FA (2007, 2009, 2010, dan 2012), tiga Piala Liga (2005, 2007, dan 2015), satu Liga Champions (2012), dan satu Liga Europa (2013).